tidak ada kebaikan yang sia sia

Tidakada kebaikan yang sia-sia. 4 likes. Community DownloadLagu Penantian Yang Sia Sia - MP3 Tidak Ada di Halaman Ini. Bermacam-macam jumlah nominal uang untuk izin download lagu Penantian Yang Sia Sia -. Ada yang 500 ribu, ada yang 1 juta, ada yang 5 juta, ada yang 8 juta. Apa yang ada di youtube music sebenarnya file audio untuk di aplikasi youtube biasa. Kelebihan utama adalah أنمن قبح إسلام المرء أخذه فيما لا يعنيه. "Sesungguhnya di antara jeleknya keislaman seseorang adalah dia mengerjakan hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya." (At Tuhfah Ar Rabbaniyah, Syarah No. 12) Hadits ini mengisyaratkan agar seorang muslim menaikan kualitas dirinya dengan dianjurkan menggeluti hal-hal 4 Hati yang kosong Hati yang kosong dari kecintaan kepada Allah, tidak merindukan-Nya, tidak pula merasa tentram bersama-Nya. 5. Badan yang menganggur Tidak melakukan ketaatan dan pengabdian kepada-Nya. Baca juga: Kontak Tembak OPM dengan Pasukan TNI-Polri Pecah di Beoga dan Ilaga Kabupaten Puncak 6. Kecintaan yang tidak disertai keridhaan Karenaselama Allah yang menjadi tujuanmu berbuat baik maka tidak akan pernah ada kebaikan yang sia-sia. Allah akan memberi balasan terbaik atas kebaikan yang telah kamu lakukan, meski kebaikan itu adalah kebaikan yang kecil. Oleh sebab itu, ketika ingin berbuat baik maka pastikan hatimu merujuk kepada Allah, bukan yang lainnya. Site De Rencontre Femme Et Homme. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berawal dari rasa tanggungjawab sebagai pengurus tabungan dzulhijjah di Majelis taklim yang ada di kampung. Penulis ingin membagikan kisah ini sebagai rasa syukur atas sebuah kebaikan yang diganjar dengan kebaikan sebuah organisasi pasti ada pengurus yang menjadi penanggungjawab organisasi tersebut. minimal ada ketua, bendahara dan sekretaris. Hal ini penting agar dalam proses kegiatan dan berjalanan waktu organisasi bisa transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Berawalnya tabungan ini sebetulnya cukup sederhana, hanya ingin mewadahi dan menjembatani bagi kaum muslimin di daerah tempat tinggal penulis yang ingin menunaikan ibadah kurban namun tidak mempunyai dana yang cukup ketika waktunya tiba. Untuk itu ada inisiatif bersama dengan cara menabung setiap bulan. Sehingga pada hari raya Idul Adha atau tepat di hari raya kurban penabung bisa melaksanakan ibadah sunahnya dengan kerelaan hati dan tidak merasa berat terbentuk pengurus inti, kamipun melaksanakan tugas ini mengalir dengan niat tulus tanpa upah. Hingga ahirnya menetapkan besarnya tabungan untuk dua tahun dan Rp. untu satu sejak tahun 2017 hingga kini sudah berjalan kurang lebih lima tahun. Selama itu pula berjalan lancar tanpa kendala apapun. Setiap penabung menyetorkan tanggungannya sesuai dengan yang kini setiap tahun bisa menunaikan kurban 4 sapi. Artinya ada 4 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 7orang, sehingga jumlah penabung ada 28 orang. Dahulu secara tertib ibu-ibu menabung setiap bulan dan disetor kepada bendahara, namun tahun ini sebagian ada yang menyetor 5 bulan, bahkan ada yang langsung membayar satu tahun. Hal inilah yang menjadikan administrasi kurang mereka menitipkan tabungan kepada saya, kemudian saya setorkan lagi ke bendahara. Menjelang dua minggu pelunasan ada selisih sebesar satu juta. Penabung sebut saja namanya Bu Maya merasa menitipkan uang kepada saya, demikian juga sayapun merasa sudah menyetor ke yang terjadi bendahara tidak merasa menerima setoran dari saya, kamipun tak ingin ada yang dirugikan baik penabung dan bendahara. Ahirnya kami memutuskan bahwa uang yang ketlingsut menjadi tanggungjawab saya, "Maaf Bu, mungkin saya yang ceroboh ", tegasku kepada bendahara agar urusan segera kelar. 1 2 3 4 Lihat Humaniora Selengkapnya Pertanyaan Jawaban Yesaya 5510–11 mengajar, “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Ayat 11 menjelaskan apa yang dimaksud dengan “tidak kembali akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia” dengan mengajar bahwa “ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Hujan dan salju adalah siklus perjalanan air. Hujan datang ke atas bumi, diserap ke dalam bumi, dan membantu pertumbuhan tanaman, yang kemudian dimakan manusia, dan memberi kehidupan. Hujan dan salju datang dari langit dan tidak kembali ke atas tanpa menuntaskan tujuannya. Allah membandingkan Firman-Nya dengan hujan dan salju karena, seperti hujan, Firman Allah selalu memenuhi tujuan baik-Nya. Ketika Allah menyampaikan bahwa Firman-Nya tidak akan kembali pada Diri-Nya dengan sia-sia, kita dapat memastikan bahwa Ia memiliki tujuan bagi Firman-Nya. Firman Allah berasal dari atas. Ia “menafaskan” Firman-Nya pada kita, yang kemudian direkam di dalam Alkitab 2 Timotius 316. Setiap firman yang Ia berikan pada manusia bertujuan khusus dan ada sebabnya. Sama seperti hujan dan salju, firman Allah menghasilkan kehidupan Yohanes 663 dan menghasilkan buah yang baik dalam kehidupan kita. Melalui Firman-Nya, kita tahu bahwa Allah mengasihi kita dan bahwa Yesus mati guna membebaskan kita dari dosa dan kematian; kita juga belajar cara hidup sesuai dengan kebenaran tersebut. Ketika Allah mengajar bahwa Firman-Nya tidak akan kembali secara sia-sia, pengetahuan itu menyemangati kita untuk hidup dalam Firman-Nya, menerapkannya ke dalam kehidupan kita, menyerapnya bagaikan tanah yang menyerap hujan dan salju. Kebenaran itu tidak akan kembali dengan sia-sia jika hati kita diubahkan. Firman Allah menegur dan memperbaiki kesalahan kita, dan melatih kita untuk hidup saleh 2 Timotius 316-17. Firman-Nya adalah pelita yang menerangi di dalam dunia yang gelap ini Mazmur 119105. Firman-Nya berlaku bagi setiap masalah yang menerpa. Firman Allah selalu menghasilkan apa yang dituju, baik dalam ajaran, perbaikan, pelatihan, mengarahkan kita pada-Nya, mengungkapkan dosa kita, atau menghasilkan kebaikan lainnya. Ketika Allah mengajar bahwa Firman-Nya tidak akan kembali dengan sia-sia, kita mengerti bahwa Allah itu berdaulat. Janji-Nya ialah bahwa Firman-Nya akan mencapai apa yang Ia kehendaki, bukan apa yang kita inginkan. Kita dapat membagikan Firman dengan tujuan mengubah opini orang lain – dan mungkin saja opini orang itu tidak berubah. Apakah Firman Allah menjadi sia-sia? Tidak, namun tujuan kita mungkin berbeda dengan tujuan Allah. Seperti angin yang “bertiup ke mana ia mau,” Roh Kudus juga bertindak dalam cara yang tak tampak Yohanes 38. Dan Allah dapat menggunakan Firman-Nya dengan cara yang mengejutkan, pada waktu yang tak disangka, di dalam orang yang tak disangka. Sama seperti seorang meteorology tak dapat memastikan turunnya hujan atau salju, kita tidak mungkin menebak bagaimana Allah hendak menggunakan Firman-Nya. Firman Allah tidak akan kembali dengan sia-sia. Firman Allah terlalu kuat. Ketika Allah berfirman, “Jadilah terang,” maka hasilnya adalah “terang itu jadi” Kejadian 13. Ketika Yesus berkata, “Diam! Tenanglah!” maka angin itu reda dan danau itu menjadi teduh Markus 439. Firman Allah selalu berhasil; Allah selalu berhasil, dan mereka yang menerima Firman akan menjadi pemenang pula 1 Yohanes 54. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah artinya bahwa Firman Allah tidak akan kembali dengan sia-sia? Dalam Islam, ada sunatullah bahwa dari suatu kebaikan akan lahir kebaikan yang lain. Aku ingat, aku pernah membaca buku Tadzkiratul Auliya’. Dalam buku itu, terdapat kisah seorang penyembah api berumur 90 tahun. Dalam keadaan hujan terus-menerus, dia menaruh biji-bijian di dekat gudang gandum untuk burung-burung. Ada seorang wali Allah berkata dari dekat, “Wahai laki-laki tua, apa yang kamu lakukan?” Dia menjawab, “Saudaraku, ada hujan terus-menerus dalam enam atau tujuh hari. Saya menaruh biji-bijian untuk burung-burung.” Wali Allah itu berkata, “Kamu melakukan perbuatan sia-sia. Kamu orang kafir. Kamu tidak akan mendapatkan ganjaran.” Laki-laki tua itu menjawab, “Saya pasti akan mendapatkan ganjarannya.” Selanjutnya wali Allah itu mengatakan bahwa ketika beliau pergi menunaikan ibadah haji, dari kejauhan melihat laki-laki tua itu sedang melaksanakan tawaf. Beliau terkejut dan heran melihatnya. Ketika beliau terus melangkah maju, maka laki-laki tua itu mendahului bertanya bahwa apakah kebaikannya memberikan biji-bijian untuk burung-burung itu sia-sia atau ada ganjarannya. Mari kita renungkan. Allah Ta’ala tidak mempertiadakan atau menghapuskan pahala untuk kebaikan orang kafir sekalipun. Lalu apakah mungkin, pahala untuk kebaikan orang Islam akan ditiadakan? Aku ingat pengalaman seorang sahabat Nabi. Dia bertanya kepada Rasulullah Muhammad saw., “Wahai Rasulullah, pada masa saya masih menjadi kafir, saya banyak memberikan sedekah. Apakah saya akan memperoleh pahalanya?” Rasulullah Muhammad saw. menjawab, “Sedekah itulah yang menyebabkan kamu menjadi orang Islam.” Kebaikan adalah batu loncatan, untuk naik menuju Islam dan Allah. Tetapi ingatlah, apakah kebaikan itu? Setan mencegat manusia di setiap jalan, dan menyesatkannya dari jalan kebenaran. Misalnya, pada malam hari, seseorang banyak memasak makanan untuk keluarganya. Pada pagi harinya masih ada sisanya yang sudah basi. Tepat pada waktu orang-orang dalam keluarga itu akan makan, di hadapan mereka telah tersaji bayak makanan yang baik dan enak. Belum sampai mereka mulai makan, tiba-tiba dari depan pintu terdengar suara pengemis yang meminta makanan. Salah seorang dari mereka mengatakan, “Berikan makanan yang basi itu pada pengemis.” Apakah itu kebaikan? Allah Ta’ala berfirman ?????????????? ?????????? ????? ??????? ??????????? ??? ????????? ??? ????????? “Dan mereka memberi makanan, karena cintanya kepada-Nya, kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.” Al Insan, 768. Ketahuilah, makanan itu maksudnya makanan yang disukai, bukan makanan yang basi. Pendeknya, bila di meja makan tersedia makanan yang masih baru, hangat, dan lezat, hendaklah diambilkan dari itu untuk pengemis. Inilah kebaikan. Orang tidak bisa mengklaim telah melakukan kebaikan dengan memberikan barang yang rusak dan tak berguna. Allah berfirman ???? ?????????? ???????? ?????? ??????????? ?????? ??????????? “Kamu sekali-kali tidak dapat mencapai kebaikan ketulusan, kecuali jika kamu membelanjakan apa yang kamu cintai.” Ali Imran, 392. Bagaimana mungkin orang bisa sukses, jika tidak mau menanggung kesulitan dan tidak mau mengikhtiarkan kebaikan sejati? Apakah para sahabat nabi mencapai derajat yang mulia dengan cara gratis? Begitu besar biaya dan masalah yang harus ditanggung seseorang, hanya untuk memperoleh gelar duniawi. Lalu, apakah gelar Radhiyallaahu anhum semoga Allah meridhai mereka, yang menyenangkan dan menenangkan hati, dan sebagai tanda keridhaan Allah itu, diperoleh dengan mudah? Keridhaan Allah yang melahirkan kebahagiaan sejati tidak bisa dicapai, selama orang tidak menanggung kesulitan sementara. Allah tidak bisa dibohongi. Selamat untuk orang yang tidak menghiraukan kesulitan untuk memperoleh ridha Ilahi. Sebab, orang beriman akan menemukan cahaya kebahagiaan abadi setelah bisa mengatasi kesulitan sementara itu. Sentuhan Rohani oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Disarikan dari Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 2, hlm. 66-67. Navigasi pos Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Salam MettasikSalam kebajikan Teman, sesungguhnya berbuat baik tidak mengenal ruang dan waktu. Kita bisa melakukannya kapan saja dan dimana saja. Eh mirip iklan ya. Tapi tak apa, anggap saja ini iklan untuk menyebarkan kebaikan yang dimotori oleh komunitas Mettasik. Kita membumikan kebajikan Mettasik. Kebajikan ibarat pohon buah yang unggul, akan selalu menghasilkan buah kualitas terbaik. Perbuatan baik kelak akan mendatangkan kebaikan bagi orang yang melakukannya. Dengan catatan, dilakukan dengan ikhlas. Para sesepuh berpetuah, berbuat baiklah lalu melakukan kebajikan, idealnya tidak pandang bulu. Kita berbuat baik kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang dianggap buruk atau orang yang pernah menyakiti kita. Jujur, ini adalah hal yang sulit dilaksanakan. Ada sebuah kisah klasik dari Persia tentang seorang kaya yang dermawan. Ia biasa menyisihkan sebagian hartanya untuk orang-orang miskin yang ditemuinya. Orang kaya ini menyalurkan dengan cara yang unik, setiap malam menyusuri jalan di kota dan melemparkan sekantung uang emas pada kaum papa yang tertidur di suatu malam, ia melihat ada wanita tidur di emperan toko. Si orang kaya tanpa ragu meletakkan sekantung uang emas secara diam-diam di dekat wanita tersebut. Setelah itu ia segera pergi berlalu dari tempat itu Esok harinya, si orang kaya mendapat informasi bahwa wanita yang tidur di emperan toko tersebut berprofesi sebagai pelacur jalanan. Tetapi ia tidak menyesal memberikan uang emas kepada wanita itu. Sang hartawan percaya bahwa Tuhan yang mengatur hal itu. Rezeki tidak pernah salah tahun kemudian, si orang kaya sudah lanjut usia, hartanya pun telah menyusut. Ia merasa ajalnya sudah dekat. Lantas dia minta dipanggilkan seorang syekh yang terkenal untuk didoakan. Syekh yang dimaksud segera datang ke rumah si orang kaya. Dengan gembira si orang kaya mengucapkan terima kasih kepada syekh yang bersedia datang meskipun tidak Syekh itu mengatakan bahwa hal itu tidak seberapa. Sebab ia berhasil menjadi syekh karena kebajikan seseorang yang tidak dikenal. Ia menceritakan bahwa dahulu ibunya adalah seorang pelacur. Pada suatu malam ada orang baik yang memberinya sekantung uang emas. Sejak itu sang ibu berhenti itu kemudian menggunakan uang tersebut untuk menjalankan usaha dan menyekolahkan anaknya hingga menjadi syekh. Si orang kaya menangis, teringat bahwa dialah yang melakukan kebajikan tersebut. Rupanya kebaikan itu kembali kepadanya setelah puluhan tahun berlalu. Bukti nyataApa yang terjadi dalam kisah di atas saya alami sendiri. Setidaknya mirip dengan apa yang saya lakukan. Sebagian dari perbuatan baik, saya terima kembali setelah beberapa tahun. Salah satu contoh adalah ilmu bela diri karate yang saya kuasai. Dahulu saya sempat mengajar karate di sebuah sekolah menengah kejuruan di kawasan Jagakarsa. Saya mengajar meski tidak dibayar. Pertama, karena karate adalah hobi saya hingga mencapai prestasi yang lumayan. Kedua, saya senang bisa berbagi ilmu yang bermanfaat. Murid-murid saya cukup banyak, di antaranya justru adalah guru olahraga di sekolah tersebut. Tapi dia masih guru honorer, belum diangkat menjadi guru tetap. Saya bersemangat dalam mengajar karate melihat murid-murid yang juga sangat antusias. Dalam perjalanan hidup selanjutnya, saya terpaksa berhenti mengajar karate karena kesibukan menjadi wartawan. Bagaimanapun saya harus mencari nafkah untuk membantu orang tua. Wartawan adalah pekerjaan yang berat. Apalagi waktu itu belum ada telepon genggam dan internet. Lalu, pada suatu hari saya merasa sangat lelah. Kerja keras tapi hasilnya tak seberapa, sedangkan kebutuhan semakin tinggi. Saya pulang dari kantor dengan menggunakan kereta dan tidak mendapatkan tempat duduk, lelah lahir dan tengah sesaknya kereta, tak disangka bertemu dengan guru olahraga yang menjadi murid karate saya. Ia sangat gembira bertemu dengan pun berbincang dengan hangat. Guru tersebut bercerita bahwa ia mendapatkan pekerjaan sampingan sebagai satpam di sebuah perusahaan berkat ijasah karate yang dulu saya ini seperti embun di padang pasir, sangat menyejukkan dan memberi kesegaran. Rasa lelah yang saya rasakan menguap begitu saja, berganti dengan rasa syukur dan bahagia. Ternyata ilmu yang tak seberapa itu bermanfaat bagi orang lain. Tidak sia-sia saya berbagi ilmu. Contoh lain, adalah ketika saya pernah membina adik-adik mahasiswa dari sebuah universitas swasta. Ya, saya salah satu pendiri dari universitas ini meskipun tidak ikut mengajar karena menjadi wartawan. Di sela-sela kesibukan, saya menyempatkan diri berbagi melalui organisasi bersama mahasiswa. Salah satu mahasiswa itu perempuan yang menjadi ketua senat, dia aktif dan keingintahuannya sangat tinggi. Gadis itu berasal dari Bangka, keluarganya tidak berkecukupan. Namun karena tekadnya kuliah, ia menjalani dengan semangat. Saya sering mengajak dia datang ke rumah, bermalam. Kalau dia butuh sesuatu, saya berusaha membantu. Saya melakukan hal itu dengan senang hati, apalagi dia anak yang dari sepuluh tahun kemudian, keadaan saya sempat terpuruk. Ujian dan cobaan dari Tuhan datang bertubi-tubi. Di saat itulah saya bertemu lagi dengan dia. Saya kaget ketika mengetahui bahwa gadis itu telah menjadi manajer di salah satu bank terkemuka. Dia tak pernah melupakan jasa saya dahulu. Bahkan masih menyimpan peralatan sholat yang pernah saya dialah yang membantu saya agar bangkit dari keterpurukan. Baik itu soal dana untuk kebutuhan sehari-hari, hingga support agar saya bisa aktif lagi menulis, seperti membelikan laptop dan peralatan lainnya. Saya sangat bersyukur menerima uluran tangannya. Di sisi lain saya menyadari Tuhan telah memberikan buah dari apa yang saya tanam. Roda kehidupanSiklus atau roda kehidupan selalu berputar. Saat ini mungkin kita berada di atas, saat lain kita berada di bawah. Karena itu kita harus pandai bersikap dan berperilaku. Cobalah untuk menilai setiap fase kehidupan dengan bijaksana. .Ketika sedang mengalami masa kejayaan, jangan menjadi sombong. Hargai setiap orang tanpa memandang golongan. Saya, anda dan mereka adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Kita berada di bumi yang sama, karena itu harus saling menghormati. Bisa jadi di satu waktu kita mampu menolong orang lain, di waktu lain, dialah yang menolong kita. Giliran kita berada di bawah, orang yang pernah kita tolong berada di atas. Roda kehidupan berputar selama dunia masih ada. Berbuat kebajikan tidak perlu banyak pertimbangan. Lakukan perbuatan baik selagi kita diberi kemampuan seperti itu pada siapa saja yang membutuhkan. Berbagi ilmu, menyumbangkan tenaga dan pikiran, atau juga memberikan sebagian harta. Saya bukan manusia super, sama seperti yang lain, bisa sedih, sakit, mengalami berbagai kesulitan. Tetapi kita bisa saling menguatkan dan mengingatkan, sebagaimana teman-teman dari komunitas Mettasik. Lalu bergerak bersama untuk menyebarkan kebaikan. Setiap organisasi, baik itu komunitas hingga lembaga besar memiliki potensi untuk berbagi dan membantu demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Seperti halnya Maybank Finance yang hadir untuk membantu masalah keuangan kita. Yuk, yang belum menggiatkan kebaikan. Sadar bahwa perubahan itu pasti, kita harus selalu menyiapkan diri terhadap berbagai situasi. Kita harus bisa naik kelas dengan memperkuat kepribadian yang baik. Kebajikan harga mati bagi pribadi yang linuwih. Filosofi kehidupan 1 2 3 4 Lihat Sosbud Selengkapnya AMAL kebaikan tentu suatu hal yang membawa keberkahan untuk kita. Tentu amalam yang telah dikerjakan tersebut akan memberikan manfaat bagi diri kita. Hanya saja, ada orang yang melakukan amalan baik, tapi tidak memberikan manfaat bagi dirinya. Siapakah mereka? Sayyidina Aisyah RA istri Rasulullah SAW bertanya, “Ya Rasulullah, Ibnu Jid’aan pada zaman Jahiliyah sebelum Islam terkenal sebagai orang baik, selalu bersilaturahmi, menolong orang-orang miskin. Apakah amalannya bermanfaat baginya?” Rasulullah SAW bersabda, “Tidak! Tidak bermanfaat baginya, karena dia belum pernah satu kali pun mengucap, “Ya Rabbi ampunilah kesalahan-kesalahanku pada hari pembalasan kiamat,” HR. Muslim. Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa orang-orang yang tidak beriman, amal kebaikannya tidak akan memberikan manfaat baginya. Amalan yang mereka kerjakan sia-sia. Oleh sebab itu, jika amal kebaikan kita ingin memberikan manfaat bagi diri kita, maka pertahankanlah keimanan kita. Jangan sampai iman kita luntur akibat perbuatan kita yang memperbudak pada syetan dan hawa nafsu. [] Sumber Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit Gema Insani

tidak ada kebaikan yang sia sia